Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Dosen
Pengampu : Ayu Rahayu, M.Pd.
Oleh :
1. Tiara
Puji Ismaya
(2014015210)
2. Ikarihayati
(2014015224)
3. Destiana Fatmasari (2014015104)
Kelas : 7B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2017
Tema :
Strategi Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar
Subtema :
Strategi Mencegah dan Menanggulangi Tinggal Kelas dan Putus Sekolah di Sekolah Dasar
Judul : Upaya Pemberian Jam
Belajar Tambahan di Luar Sekolah Kepada Siswa Untuk Mencegah dan Menanggulangi
Tinggal Kelas di Sekolah Dasar
Tujuan : Memberikan penjelasan
tentang “Pemberian Jam Belajar Tambahan di Luar Sekolah Kepada Siswa” dalam mencegah dan
menanggulangi tinggal kelas di Sekolah Dasar
Pemberian
Jam Belajar Tambahan di Luar Sekolah Kepada Siswa Dalam Mencegah Dan
Menanggulangi Tinggal Kelas di Sekolah Dasar
Berbicara mengenai sistem pendidikan tak akan ada habisnya. Baik
mengenai sistem pendidikan yang telah, sedang maupun akan diterapkan. Seiring dengan
perkembangan zaman dan pola perilaku peserta didik, sistem pendidikan juga
terus dikembangkan. Karena itulah, berbagai kebijakan pemerintah terkait upaya
peningkatan mutu pendidikan negara ini terus dimunculkan mulai dari perubahan
kurikulum, sistem ujian nasional hingga yang terkini kebijakan semua siswa
harus naik kelas.
Pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia pasal 12 nomor 104
tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar
oleh pendidik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, dikatakan bahwa SD/MI menggunakan
prinsip kenaikan kelas otomatis. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan ini sebenarnya dikhususkan pada siswa sekolah dasar
(SD), hal tersebut ditujukan agar siswa bisa berkembang sesuai potensinya
masing-masing. Kebijakan ini, seperti kebijakan-kebijakan sebelumnya, yang juga
menuai pro dan kontra. Kebijakan
dalam sistem pendidikan seperti ini sudah diterapkan di beberapa negara yang
kualitas pendidikannya masuk dalam peringkat terbaik di dunia. Di negara-negara
yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, tidak ada siswa yang tinggal
kelas. Di sekolah-sekolah swasta di Indonesia, khususnya yang mengusung konsep
pendidikan berbasis multiple intelligences, adapula yang menyebutnya konsep
sekolahnya manusia, yang diperkenalkan oleh Munif Chatib.
Munif
Chatib, konsultan pendidikan anyar di Indonesia, menuliskan dalam bukunya
berjudul Sekolahnya Manusia, tidak ada siswa yang bodoh, maka tidak ada
pula siswa yang harus tinggal kelas. Dalam menghadapi perbedaan kelemahan siswa
dalam pembelajaran ia menyarankan agar guru membentuk satuan “Guru Bayangan”
yang bertugas mengawasi beberapa anak memiliki kelemahan dalam bidang tertentu
dan menuntunnya agar memiliki kemampuan yang setara atau mendekati siswa lain
agar tidak tertinggal. Sebagaimana
dari kebijakan di atas, jika dilihat dari satu sisi mengesankan bahwa
pemerintah melangkahi tugas guru dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Tentu
guru lebih tahu kondisi setiap anak didiknya, apakah pantas naik kelas atau
tidak. Namun
pada kenyataannya terdapat sejumlah siswa
yang tinggal kelas dikarenakan guru kebingungan dengan
kebijakan tersebut dan masih dapat ditemui pada
beberapa SD wilayah DIY
yang menerapkan sistem tinggal kelas pada anak.
Berbicara naik kelas atau tidaknya
siswa itu tergantung dengan salah satunya nilai akademik harus memenuhi KKM.
Masih ditemukan beberapa siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM karena proses
pembelajaran yang kurang efektif dari guru. Lalu masalah lain dari siswa yaitu, tidak
dapat mengikuti kemampuan teman seumurnya.
Masalah yang timbul dari guru itu sendiri berupa penggunaan metode dari
guru yang kurang efektif, kurang jelasnya dalam penyampaian materi, tidak menggunakan media
pembelajaran yang konkret. Padahal guru dituntut
untuk harus lebih intensif dalam memperhatikan siswa juga pemahaman siswa. Jadi
tidak ada lagi guru yang acuh tak acuh terhadap hasil belajar siswa, entah
siswa itu mengerti atau tidak, yang penting ia menjalankan tugasnya sebagai
pengajar. Ini yang biasa terjadi di sekolah-sekolah, guru asik mengajar,
sementara siswa entah memperhatikan atau tidak, kegiatan belajar mengajar terus
berjalan hingga bel pertanda pelajaran telah berakhir berbunyi dan kelas
dibubarkan. Namun siswa yang justru disalahkan atas rendahnya nilai akademik
yang diperoleh berdasarkan hasil evaluasi.
Kemudian selain
dengan masalah pada siswa dan guru, juga berkaitan pada proses pembelajaran
yang terjadi di kelas. Hal tersebut tidak terlepas dari pengelolaan kelas. Yang
mana pengelolaan kelas sendiri adalah berbagai jenis
kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan
kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Pengaturan
tempat duduk yang monoton, pemanfaatan waktu belajar yang tidak efisien, metode
guru yang kurang menarik minat siswa, perbedaan perlakuan guru terhadap siswa
pandai dengan yang kurang pandai. Hal tersebut tentu mengakibatkan proses
pembelajaran itu tidak efektif sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa yang rendah.
Masalah lain timbul dari perlakuan warga
sekolah terhadap siswa yang tinggal kelas. Kebanyakan guru membedakan
perlakuannya terhadap anak yang tinggal kelas. Karena persepsi mereka terhadap
anak tinggal kelas itu adalah anak yang bodoh, nakal dan tidak mau diatur.
Sehingga dalam pembelajaran di kelas guru tidak melibatkan aktif anak tersebut.
Justru guru pesimis terhadap kemampuan anak tersebut. Selain perlakuan guru,
adapula perlakuan dari warga sekolah seperti kepala sekolah, karyawan sekolah
dan penjaga sekolah, yang dapat mempengaruhi psikologis dan kepercayaan diri
anak.
Selain faktor dari sekolah,
faktor keluarga juga berpengaruh terhadap prestasi anak yang tinggal kelas. Dalam
Hamdani (2010) pengaruh dari keluarga itu dapat berupa cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang budaya. Jika kurangnya
dukungan untuk belajar dari orang tua untuk anak, maka akan mempengaruhi
motivasi belajar anak. Jika motivasi belajar dari orang tua rendah, maka dipastikan
prestasi belajar anak akan rendah.
Masalah
yang berkaitan dengan siswa yang tinggal kelas dapat dikurangi melalui beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru kelas. Pendekatan untuk mengatasi
masalah tinggal kelas dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kesulitan belajar
setiap siswa. Identifikasi mengenai kesulitan yang dialami siswa dapat membantu
guru dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan - tindakan tertentu.
Dunia pendidikan mengartikan identifikasi kesulitan belajar
sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan
sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan belajar termasuk kegiatan identifikasi kesulitan belajar peserta
didik. Perlunya mengidentifikasi proses belajar karena berbagai hal. Pertama,
setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang
secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat
dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di
sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan
kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh
siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan
menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkaitan dengan kegiatan identifikasi masalah belajar pada
peserta didik, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam identifikasi ada
dua macam, yaitu identifikasi untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi
masalah. Identifikasi untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih
banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan identifikasi yang
mengklasifikasi masalah merupakan
pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan
kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan,
keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami
oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu
proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai
hasil belajar.
Jika dilihat secara umum penyebab siswa tinggal kelas adalah
rendahnya nilai siswa yang selalu dibawah KKM. Siswa kurang dapat mencerna
pembelajaran yang telah dilakukan di Sekolah, hal tersebut dapat terjadi karena
faktor internal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang bukan lain merupakan pengaruh dari
lingkungan atau kondisi di sekolah.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mencegah dan
menanggulangi tinggal kelas di Sekolah Dasar adalah dengan cara memberikan jam
tambahan belajar yang dilakukan di luar sekolah/diluar proses pembelajaran di
Sekolah. Pandangan tradisional (dalam Kase, 2005: 10) menyatakan bahwa
pemanfaatan jam belajar diluar Sekolah adalah suatu proses aktif di luar jam sekolah untuk dapat
menambah pengetahuan
siswa dalam mendukung jam belajar di sekolah
guna mendukung pencapaian prestasi belajar yang baik. Dari pengertian tersebut
diketahui bahwa belajar tidak hanya dapat dilakukan oleh siswa semata-mata
hanya pada jam sekolah,
tetapi juga diluar jam Sekolah. Siswa yang memanfaatkan waktu di luar jam
Sekolah dilakukan untuk belajar, pemahaman akan hal-hal yang telah dipelajari
di sekolah, waktu di Sekolah kurang dari yang diinginkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu pengetahuan.
Pemberian jam belajar tambahan di luar sekolah bertujuan untuk menanggulangi anak yang memiliki
masalah belajar, khususnya untuk anak yang tinggal kelas.
Bila siswa dapat
memanfaatkan jam belajar di luar sekolah untuk belajar, menyelesaikan
tugas-tugas sekolah dengan baik maka akan dapat meningkatkan prestasi
pendidikan bagi siswa, meningkatkan pengetahuan warga, dan dapat pula
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Pemberian jam
belajar tambahan di luar sekolah dapat dilakukan oleh keluarga. Pendampingan
belajar dalam keluarga menurut Purwanti, 2006 (http://lib.atmajaya.ac.id)
adalah penyertaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang sedang
belajar di rumah. Pendampingan dilakukan dengan cara ikut terlibat secara
langsung dalam proses belajar, dengan ikut mempelajari buku-buku pelajaran anak
atau paling tidak ikut menemani anak ketika belajar.
Dengan penjelasan di atas, penulis
berpendapat bahwa ada hubungan antara penggunaan jam belajar di luar sekolah
untuk menanggulangi anak tinggal kelas.
Semakin tinggi siswa menggunakan jam belajarnya di luar sekolah, semakin
sedikit kesempatan siswa untuk tinggal kelas. Artinya, dengan siswa dapat
menggunakan keteraturan waktu dalam belajar, membuat jadwal belajar yang
teratur, menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu, mengulang dan menambah materi
pelajaran yang telah diberikan guru, maka akan menambah pengetahuan siswa dalam
belajar, sehingga dapat menanggulangi siswa tinggal kelas bahkan menjadikan
siswa meningkatkan prestasi belajar di sekolah.