Sunday, January 31, 2021

Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD

 Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD

Anda akan melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran secara mandiri melalui program pembelajaran otomatisasi dengan alokasi waktu selama 32 jam pertemuan yang dapat Anda atur secara fleksibel. Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum disusun dengan memadukan tahapan dan pendekatan modular yang memfasilitasi peserta melakukan personalisasi pembelajaran. Selain itu, program ini dapat mendorong guru untuk saling belajar dengan guru yang lain dalam hal berbagi praktik baik pembelajaran. Selamat belajar!

        A.      Latar Belakang Asesmen Nasional

Dari adanya skor PISA Indonesia rendah dan paradigma tentang asesmen nasional yang berbeda-beda, maka perlu adanya pemetaan mutu pendidikan yang menyesuaikan abad 21 yaitu dengan Asesmen Nasional.










Dan berkaitan dengan kecakapan hidup abad 21, berikut bagaimana gambaran pelajar pancasila.



Dan berikut kompetensi yang harus dimiliki oleh pelajar pancasila.

                    B.      Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional

Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.

Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.

C. Evaluasi Ujian Nasional

Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.

Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja.

Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.

Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.

Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.















        D. Kriteria Peserta Pelaksana Asesmen Nasional

Pada topik sebelumnya, telah dibahas tentang perbedaan AN dan UN. Kali ini, kita akan mengidentifikasi dimana letak perbedaanya. Apakah perbedaannya ada di dalam teknis penyelenggaraan atau dalam pelaksanaannya? Mari, kita mencermati dan menyimak infografis ini.

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa?

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan. 







       


        E. Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional

Pada aktivitas sebelumnya, Anda sudah mempelajari bagaimana teknis  pelaksanaan Asesmen Nasional. Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari secara khusus, bagaimana butir-butir soal yang akan diberikan dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang mencakup asesmen kompetensi mendasar, yaitu literasi membaca dan asesmen kompetensi numerasi. 

Gambar

Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.

Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.

Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu

Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.

Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.

Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.










AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri.










        F. Asesmen Literasi Membaca Tingkat SD

Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan menulis.

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.

Selanjutnya Bapak dan Ibu dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mengenali bagaimana Asesmen Kompetensi Minimum literasi membaca diterapkan. Jangan lupa tandai selesai lalu lanjutkan.









        G. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi Membaca

Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi.

Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.

Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:










        H. Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca Tingkat SD

Selanjutnya Bapak dan Ibu akan berlatih  menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.

Pada tingkat SD terdapat 3 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level pembelajaran yang ada pada tingkat SD.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link

Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi

Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 3 dan 4 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan mengevaluasi menilai format penyajian dalam teks, selain itu siswa juga merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca.










    I. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi

Pada topik sebelumnya, Bapak dan Ibu telah mempelajari Butir Soal Asesmen Literasi pada Setiap Jenjang. Pada topik ini Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.

Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.

Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:















        J. Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD

Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.

Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level pembelajaran. Pada level 1 terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran serta aljabar. Sedangkan pada level 2-3 terdapat 4 konten yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, dan data dan ketidak pastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan serta relasi dan fungsi bilangan.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

Level Pembelajaran 1 Numerasi

Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 4, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya serta ketidakpastian dan peluang.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

Level Pembelajaran 2 Numerasi.

Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 6, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.










CONTOH JAWABAN QUIS NUMERASI

Menggunakan gambar 1 yaitu garis bilangan.

Nomor 1 bentuk soal pilihan ganda.

Bilangan yang tepat untuk diisi pada kotak adalah...

a. 40, 55, 70, 85

b. 40, 55, 72, 85

c. 40, 55, 70, 84

 

Nomor 2 bentuk soal uraian tertutup.

Perhatikan gambar 1 berikut.

Diketahui banyak nomor bilangan pada kotak seluruhnya pada gambar adalah 10 buah.

a. Nomor bilangan pada urutan keenam dari kanan adalah...

b. Nomor bilangan pada urutan ketiga dari kiri adalah...

 

Nomor 3 bentuk soal pilihan ganda kompleks.

Manakah pernyataan yang sesuai dengan gambar diatas?

a. Nomor bilangan pada urutan kedua dari kanan adalah 80.

b. Nomor bilangan pada urutan kedua dari kiri adalah 45.

c. Nomor bilangan pada urutan kelima dari kiri adalah 60.

d. Nomor bilangan pada urutan ketujuh dari kanan adalah 65.


K. Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum

Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi

Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai konsep Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang Anda akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan.

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi.

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

 

        L. Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi.

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.

Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 









        M. Petunjuk dan Teknik Pelaksanaan Asesmen Nasional









sumber : sim-gurubelajar.simpkb.id seri asesmen kompetensi minimum



Wednesday, January 27, 2021

Bagaimana cara mendaftar Diklat dan Pengimbasan program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum?

Apa itu program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya setelah mengikuti program guru belajar seri Asesmen Kompetensi Mininum. Jadi langsung saja ya teman-teman..

Apa sih Program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum itu?

Program pembelajaran yang dirancang untuk membantu para Guru/Kepala Sekolah/Pengawas SD, SMP, SMA/SMK, Guru/Kepala Sekolah SDLB, SMPLB, SMALB, dan PKBM sederajat dalam memahami tujuan, konsep dan bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional, serta dapat menganalisis contoh asesmen literasi membaca dan numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum.

Penjelasan lebih rinci bisa melalui channel youtube berikut ini :

https://youtu.be/RhqQI3BWt9E

Apa tujuan program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum?

  • Memahami konsep Asesmen Nasional.
  • Memahami bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional.
  • Menganalisis contoh asesmen literasi membaca pada Asesmen Kompetensi Minimum.
  • Menganalisis contoh asesmen numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum.
  • Membaca dan menindaklanjuti laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum.
  • Melakukan pengimbasan dengan mengajak rekan guru yang lain untuk mengikuti program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum.