Thursday, December 18, 2014

MAKALAH : HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Pengantar Pendidikan yang Diampu oleh Ibu Heri Maria Zulfiati, M.Pd



Disusun oleh 

Rosyana Astri Astari (2014015200)
Sirajudin Wahyudi (2014015211)
Fala Tantina Kusumastuti (2014015218)
Ikarihayati (2014015224)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2014/2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga Makalah Pengantar Pendidikan yang berjudul Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun disini penulis akan menguraikan tentang pengertian lingkungan pendidikan, pengertian tri pusat pendidikan, fungsi lingkungan pendidikan, pengaruh keluarga terhadap sekolah dan masyarakat, pengaruh sekolah terhadap keluarga dan masyarakat, serta pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan memerlukan  perbaikan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.




Yogyakarta,  10  September 2014


                                Penulis



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................        i
KATA PENGANTAR....................................................................................       ii
DAFTAR ISI..................................................................................................       iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................        1
A.    Latar Belakang ..............................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................        3
A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan...............................................................        3
B.     Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia........       5 
C.     Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan..............................       6
BAB III PENUTUP........................................................................................      12
A.    Simpulan.........................................................................................................      12
B.     Saran...............................................................................................................      12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................      13




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara historis pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada dimuka bumi. Seiring perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan  pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, didalam dan diluar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat dari generasi ke generasi. Pendidikan sangat bermakna bagi kehidupan individu, masyarakat dan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
Proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.

B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengaruh keluarga terhadap sekolah dan masyarakat?
2.      Bagaimana pengaruh sekolah terhadap keluarga dan masyarakat?
3.      Bagaimana pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar diri individu, walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam individu. Lingkungan pendidikan meliputi :
1.    Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam).
2.    Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik, pandangan hidup, keagamaan dan lainnya).
3.    Lingkungan sosial/ masyarakat (keluarga, kelompok bermain, organisasi).
Ki Hajar Dewantara mengemukakan istilah Tri Pusat Pendidikan yang berisi :
1.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, pengajar, dan pemberi contoh.
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas keluarga adalah mendidik anak-anaknya dengan optimal. Anak-anak yang biasa turut serta mengerjakan segala pekerjaan didalam keluarga, dengan sendirinya berfaedah bagi pendidikan watak dan budi pekerti seperti kejujuran, keberanian, ketenangan, dan sebagainya. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya.

2.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seiring perkembangan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyaraka,t semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.
Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri keIndonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seyogianya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik.

3.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia dimasyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.

B.            Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh dikeluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.

C.   Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan
1.        Pengaruh Keluarga terhadap Sekolah dan Masyarakat
Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik dan diakui oleh semua golongan masyarakat, salah satu institusi yang mewarisakan kepribadian dan watak kepada masyarakat adalah sekolah.  Sekolah tidak akan terus berdiri jika tidak di dukung oleh masyarakat, maka dari itu kedua sistem sosial ini saling mendukung dan melengkapi. terbentuk perubahan sosial
Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka terbentuklah sekolah masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life centered. Yang menjadi pokok pelajaran adalah kebutuhan manusia, masalah- masalah dan proses-proses sosial dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur pendidikan.
Menurut Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut :
1.                  Fungsi kasih sayang
2.                  Fungsi ekonomi
3.                  Fungsi pendidikan
4.                  Fungsi perlindungan/penjagaan
5.                  Fungsi rekreasi
6.                  Fungsi status keluarga
7.                  Fungsi agama

2.        Pengaruh Sekolah terhadap Keluarga dan Masyarakat
Semakin luas penyebaran produk sekolah yang diikuti peningkatan kualitas akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga investasi manusiawi. Manusia adalah subyek perubahan, perkembangan, dan kemajuan sehingga kualitas manusia berpengaruh dalam memajukan segi-segi kehidupannya.
Pengaruh pendidikan sekolah terhadap perkembangan masyarakat, yaitu:
a)              Mencerdaskan kehidupan masyarakat
Andil lembaga persekolahan dalam peningkatan kecerdasan anak didiknya dipandang sebagai kontribusi pendidikan persekolahan didalam mencerdaskan kehidupan masyarakat atau bangsa.
Tingkatan kecerdasan masyarakat menentukan ketepatan dan kecepatan penyelesaian masalah dan tantangan kehidupan. Masyarakat yang memiliki kecerdasan memadai akan menyelesaikan masalah yang sulit dengan sederhana. Sebaliknya tanpa kecerdasan tinggi suatu tantangan atau masalah yang sederhana akan dihadapi sebagai sesuatu yang sulit.
b)             Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu pihak dan masalah-masalah kehidupan dilain pihak, mendukung lahirnya pemikiran-pemikiran dan pengetahuan yang inovatif untuk dijadikan perbaikan kehidupan dimasyarakat.
Program pendidikan dipersekolahan selain menjamin upaya peningkatan kecerdasan juga mengupayakan transformasi dari pengetahuan, pemikiran, praktek-praktek baru yang fungsional dan relevan dengan jenis dan tingkatan dari masing-masing sekolah.
Isi atau arah program pendidikan yang demikian disebut sebagai transformasi pembaruan yang pada akhirnya akan berfungsi dan menjalar ditengah-tengah masyarakat.
c)          Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja    di lingkungan masyarakat.
Untuk terjun didunia kerja, seseorang memerlukan persiapan tertentu yang diperlukan oleh lapangan kerja. Kesiapan itu meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan (sekolah), kualitas, dan kuantitas sistem lembaga pemberi kerja dimasyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh produk-produk (output) sistem pendidikan persekolahan itu sendiri.
d)                  Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga  tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap-sikap positif dan konstruktif yang diperlukan didalam hidup bernegara atau bermasyarakat ditanamkan sejak awal, yaitu di sekolah dasar sampai ketingkat perguruan tinggi. Orientasi tersebut senantiasa menjadi perhatian dari lembaga pendidikan formal (persekolahan). Hal ini berkaitan dengan falsafah hidup dari suatu bangsa atau masyarakat, yang sudah tentu mendambakan keharmonisan dan keutuhan (integrasi) sosial dari kehidupan berbangsa atau bernegara.
3.        Pengaruh Masyarakat terhadap Keluarga dan Sekolah
Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang lain atau semua orang yang tinggal disekitar lingkungan sekolah. Masyarakat merupakan tempat anak hidup dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di sekolah. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda. Setiap masyarakat memiliki karekteristik tersendiri dan memiliki norma-norma. Dimana norma-norma tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warga dalam bertindak dan bersikap.
 Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terdapat sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pengaruh identitas suatu masyarakat terhadap program-program pendidikan, dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan, misalnya kurikulum, yang dimana kurikulum ini selalu berubah-berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat.
ð  Pengaruh masyarakat terhadap proses pendidikan
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari pengaruh masyarakat, pengaruh masyarakat yang dimaksud adalah pengaruh sosial budaya dan partisipasinya. Pengaruh sosial budaya biasanya tercermin dalam proses belajar baik yang berkaitan dengan pola aktifitas pendidikan maupun anak didik di dalam proses pendidikan. Nilai sosial budaya masyarakat bisa menjadi penghambat dan pendukung terhadap proses pendidikan. Oleh karena itu usaha pembaharuan terhadap proses pendidikan disekolah, mesti memperhitungkan pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya.
Pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Sebagai arah dalam menentukan tujuan.
2. Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar-mengajar.
3. Sebagai sumber belajar.
4. Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5. Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.

Penjelasan pengaruh masyarakat terhadap proses pendidikan :
a)    Pendidikan sebagai persiapan untuk hidup dimasyarakat
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam masyarakat. Hidup dimasyarakat merupakan manifestasi bakat sosial anak. Maka anak harus dipersiapkan oleh lembaga pendidikan untuk bisa hidup serasi dengan masyarakat.

b)   Pendidikan membina agen pembangunan masyarakat.
Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk menjadikan masyarakat yang lebih maju. Jika masyarakat ingin menjadi agen bagi pembangunan, maka masyarakat itu akan bersifat statis. Sedangkan untuk mencetak individu yang bersifat statis dibutuhkan peran aktif pendidikan dalam mempersiapakan anak didiknya, yang mana kelak anak-anak harus dapat melaksanakan pembaharuan masyarakat bangsanya.

c)    Pendidikan dan kesadaran kebangsaan Indonesia.
Pendidikan di Indonesia harus mengobarkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, serta menanamkan kesadaran kebangsaan kepada anak didik. Sebab apabila kesadaran ini tidak ditumbuhkan atau dipupuk maka generasi muda Indonesia akan terpecah-belah.
d)   Pendidikan dan pelestarian Pancasila.
Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang menjadi pandangan hidup warga Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang. Mengingat pancasila merupakan pandangan hidup maka kita harus menanamkan kepada generasi muda akan pentingnya nilai pancasila. Pelestarian nilai pancasila dapat dilakukan melalui jalur pendidikan meliputi pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat; melalui jalur media massa dan jalur organisasi politik.

e)    Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Hal ini dibuktikan dalam UUD 1945 tentang tujuan dari pendidikan di Indonesia:
1).  Pasal yang terdapat didalam batang tubuh UUD 1945 yang mengatur tentang pendidikan pasal 31.
-   ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
- ayat 2 Pemerintah berusaha menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang berdasarkan pasal ini. Disusunlah sebuah undang-undang organik yang mengatur pendidikan dan pengajaran Indonesia yaitu UU. No. 4 tahun 1950, No. 12 tahun 1954, yang disebut Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran (UUDP).
2).  Pasal 3 dari UUDP menyebutkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran nasional Indonesia adalah membentuk manusia sosial yang cukup dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat masyarakat dan tanah air. Rumusan tujuan pendidikan itu terdiri atas dua bagain yaitu:
a.  Tujuan individual yaitu membentuk manusia susila yang cukup.
b. Tujuan kemasyarakatan yaitu membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan demikian maka setiap warga negara Indonesia harus susila, cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional.
B.    Saran
Dengan adanya tripusat pendidikan dan pengaruhnya diharapkan mampu meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA


Tim Dosen FIP – IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional
Burhanuddin, H. 2011. Pengantar Pedagogik:Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Tirtarahardja, Umar,  La sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Siswoyo, Dwi, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press




Resume : MENGAPA MUTU PENDIDIKAN KITA RENDAH?

*      Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus  dalam  dunia  pendidikan yaitu:
                1. Rendahnya sarana fisik,
                 2. Rendahnya kualitas guru,
                 3. Rendahnya kesejahteraan guru,
                 4. Rendahnya prestasi siswa,
                                 5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
                                6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
                              7. Mahalnya biaya pendidikan.
   Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
a. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan     pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk  kepentingan bangsa Indonesia.
b. Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari.
c. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan  berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
d. Presiden SBY usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
 e. Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah  dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,  yaitu:
       1. Meningkatkan  akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati   mendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
       2. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta gender.
       3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
       4. Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
        5.Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
        6. Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan 20 % dari anggaran Negara ( 44 trilliun ).
        7. Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.

  1.      Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
       Di bawah ini ada beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
         1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
*      Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
*      Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia.Kurang peduli terhadap bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan  dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
*      Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta   didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
*      Hal-hal seperti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas               pendidikan di Indonesia.

          2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
*      Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula.
*      Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
*      Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku,biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya serperti  buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya harus ditanggung oleh orang tua siswa tersebut. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. puk. Hal tersebut jelas tidak efisien
*      Kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebenarnya.Hallain  adalah pendidik tidak dapat mengkomunikasikan bahan pengajaran dengan baik.
*      Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi, KTSP, K-13 yang mengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya.
*      Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara  mengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kurang efektif langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
           3.     Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
*      Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
*      Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard dan kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
*      Selain itu, dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalui peserta didik yang telah menempuh proses pendidikan selama 3 tahun. Selain hanya berlangsung sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi beberapa bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

  •  Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita yaitu :
           1.   Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
*      Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
*      Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama. 
        2.   Rendahnya Kualitas Guru
*      Keadaan guru di Indonesia amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
*      memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya  sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
*      Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan  pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah  salah satunya juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
*      3. Rendahnya Kesejahteraan Guru           
*      Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen  Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per  bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan.
*      Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen  (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup.
*      4. Rendahnya Prestasi Siswa
*      Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
*      Didalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
*      5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
*      Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
*      6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
*      Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini  disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
*      7. Mahalnya Biaya Pendidikan
*      Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
*      mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
*      Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
*      kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Secular/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.


  • Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
      Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
*      Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan.
*      Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Solusi ini untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
*      Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
*      1. Rendahnya sarana fisik,
*       2. Rendahnya kualitas guru,
*       3. Rendahnya kesejahteraan guru,
*       4. Rendahnya prestasi siswa,
*       5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
*       6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
*       7. Mahalnya biaya pendidikan.
*      Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.
*      Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
A.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
MASALAH PEND. DI INDONESIA
1.    Pertambahan jumlah penduduk yang cepat.
2.    Kemampuan ekonomi keluarga.
3.    Kesadaran akan arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
4.    Terbatasnya daya tampung satuan pendidikan.
5.    Kualitas tenaga kependidikan.
6.    Perkembangan ilmu dan teknologi.
7.    Aspirasi masyarakat dan tuntutan dunia pekerjaan.
8.    Keterbelakangan budaya.


Resume ini dibuat untuk kepentingan akademik. Sumber referensi : Ibu Maria Heri Zulfiati, selaku dosen Pengantar Pendidikan di tempat saya menempuh pendidikan.