Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD
Anda akan melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran secara mandiri
melalui program pembelajaran otomatisasi dengan alokasi waktu selama 32 jam
pertemuan yang dapat Anda atur secara fleksibel. Guru Belajar seri Asesmen
Kompetensi Minimum disusun dengan memadukan tahapan dan pendekatan modular yang
memfasilitasi peserta melakukan personalisasi pembelajaran. Selain itu, program
ini dapat mendorong guru untuk saling belajar dengan guru yang lain dalam hal
berbagi praktik baik pembelajaran. Selamat belajar!
A.
Latar Belakang
Asesmen Nasional
Dari adanya skor PISA Indonesia rendah dan
paradigma tentang asesmen nasional yang berbeda-beda, maka perlu adanya
pemetaan mutu pendidikan yang menyesuaikan abad 21 yaitu dengan Asesmen
Nasional.
Dan berkaitan dengan kecakapan hidup abad 21, berikut bagaimana gambaran pelajar pancasila.
B.
Tujuan dan
Manfaat Asesmen Nasional
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional
ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan
secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi
akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).
Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan
apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi
dan karakter siswa.
Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang
karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama
tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk
memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.
C. Evaluasi Ujian Nasional
Berdasarkan penjelasan pada aktivitas
sebelumnya, Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian
Nasional. Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi
yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian
Nasional menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan
pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan
sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu,
beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan
pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
D. Kriteria Peserta
Pelaksana Asesmen Nasional
Pada topik sebelumnya, telah dibahas tentang perbedaan AN dan UN. Kali ini, kita akan mengidentifikasi dimana letak perbedaanya. Apakah perbedaannya ada di dalam teknis penyelenggaraan atau dalam pelaksanaannya? Mari, kita mencermati dan menyimak infografis ini.
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.
Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa?
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?
Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan.
E. Merumuskan Butir
Soal Asesmen Nasional
Pada aktivitas sebelumnya, Anda sudah mempelajari bagaimana teknis pelaksanaan Asesmen Nasional. Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari secara khusus, bagaimana butir-butir soal yang akan diberikan dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang mencakup asesmen kompetensi mendasar, yaitu literasi membaca dan asesmen kompetensi numerasi.
Gambar
Bentuk
soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari
pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
Pilihan
ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
Menjodohkan,
siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
Isian
singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
Uraian,
siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid
kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa
kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi
literasi membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri.
F. Asesmen Literasi Membaca Tingkat SD
Literasi
membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi
dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen
Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang
dimaksud dengan literasi membaca dan menulis.
Literasi
baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis,
menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan
pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
Literasi
membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih
dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna
terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan
pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk
dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Selanjutnya
Bapak dan Ibu dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mengenali
bagaimana Asesmen Kompetensi Minimum literasi membaca diterapkan. Jangan lupa
tandai selesai lalu lanjutkan.
G. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi
Membaca
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan
penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan
numerasi.
Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru
akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi Membaca yang berlaku
untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam
penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten
tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat
proses kognitif.
Konten pada Literasi Membaca
menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua
kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah
menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi.
Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang
digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial
budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu
memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:
H. Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca
Tingkat SD
Selanjutnya Bapak dan Ibu akan
berlatih menganalisis tahap asesmen pada
tingkat SD.
Pada tingkat SD terdapat 3 level
pembelajaran, mari kita pelajari setiap level pembelajaran yang ada pada
tingkat SD.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas
1 dan 2, siswa akan menemukan informasi dengan cara mengakses dan mencari
informasi dalam teks. Selain itu siswa akan memahami teks secara literal,
kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal
maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai
format penyajian dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang
lebih lengkap melalui link
Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca
Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 3 dan 4 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan mengevaluasi menilai format penyajian dalam teks, selain itu siswa juga merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca.
I. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi
Pada topik sebelumnya, Bapak dan Ibu
telah mempelajari Butir Soal Asesmen Literasi pada Setiap Jenjang. Pada topik
ini Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Numerasi
yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa.
Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau
konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa
tingkat proses kognitif.
Pada Numerasi, konten dibedakan
menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan
Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian,
tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau
diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga
level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan
atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi
tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu
memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:
J. Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD
Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan
berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.
Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level
pembelajaran. Pada level 1 terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, bilangan,
geometri dan pengukuran serta aljabar. Sedangkan pada level 2-3 terdapat 4
konten yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, dan data dan ketidak
pastian.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas
2, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya.
Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan
serta relasi dan fungsi bilangan. Bapak
dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.
Level Pembelajaran 1 Numerasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas
4, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan,
pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal. Siswa
akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan,
juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan
representasinya serta ketidakpastian dan peluang. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan
yang lebih lengkap melalui link berikut.
Level Pembelajaran 2 Numerasi.
Pada level pembelajaran 3 untuk kelas
6, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan,
pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal. Siswa
akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan,
juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan
representasinya. Bapak dan Ibu juga
dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.
CONTOH JAWABAN QUIS NUMERASI
Menggunakan gambar 1 yaitu garis bilangan.
Nomor 1 bentuk soal pilihan ganda.
Bilangan yang tepat untuk diisi pada
kotak adalah...
a. 40, 55, 70, 85
b. 40, 55, 72, 85
c. 40, 55, 70, 84
Nomor 2 bentuk soal uraian tertutup.
Perhatikan gambar 1 berikut.
Diketahui banyak nomor bilangan pada
kotak seluruhnya pada gambar adalah 10 buah.
a. Nomor bilangan pada urutan keenam
dari kanan adalah...
b. Nomor bilangan pada urutan ketiga
dari kiri adalah...
Nomor 3 bentuk soal pilihan ganda
kompleks.
Manakah pernyataan yang sesuai dengan
gambar diatas?
a. Nomor bilangan pada urutan kedua
dari kanan adalah 80.
b. Nomor bilangan pada urutan kedua
dari kiri adalah 45.
c. Nomor bilangan pada urutan kelima
dari kiri adalah 60.
d. Nomor bilangan pada urutan ketujuh dari kanan adalah 65.
K. Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum
Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat
Penguasaan Kompetensi
Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai konsep Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang Anda akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan.
Tahap
lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan
hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang
untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa
kompetensi literasi membaca dan numerasi.
Dari
laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat
tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca
dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Tingkat
kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan
tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian
siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya
pada tautan berikut ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
L. Menjelaskan
Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten
Laporan
hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar
sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan
dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan
mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu
berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang
berbasis kompetensi.
Kompetensi
diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu
melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau
bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin
organisasi.
Pada
pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan
pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran.
Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada
tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa
melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga
tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi
berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini
membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan
pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk
menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi
pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa.
M. Petunjuk dan Teknik Pelaksanaan Asesmen Nasional